Social-Religious rituals in the Javanese culture: the case of the traditional dance Ronggeng in the 19th abd 20th century

Main Article Content

Evi Yuliana Siregar

Keywords

Indonesia, Javanese culture, religion, traditional dances, ronggeng

Abstract

This text analyses two cases of ronggeng, the dancer on tayub or tayuban dance found in two novels: Ronggeng Dukuh Paruk, written by Ahmad Tohari, and Bawuk, written by Umar Kayam, which is a small part of Javanese culture, which constitutes the cultural diversity in Indonesia. The article focuses on analyzing socio-religious aspects in traditional Javanese dances, particularly in the case of ronggeng presented in the nineteenth century and the beginning of the twentieth century.

Downloads

Download data is not yet available.
Abstract 645 | PDF (Español) Downloads 1618

References

Aguswati (2007). Motivasi dan Keterlibatan Penonton Dalam Pertunjukan Tayub di Desa Tunggak, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Endraswara, S. (2005). Buku Pinter Budaya Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang.

Geertz, C. (1960). The Religion of Java. Chicago-London: The University of Chicago Press.

Hajid T., A. (2005a). Benda-benda Bertuah Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Narasi.

__________ (2005b). Orang Jawa, Jimat dan Makhluk Halus. Yakarta: Pustaka Agromedia.

Kasuma, G. (2006). “Dari Privacy ke Vulgar: Prilaku Seks di Jawa Awal Abad ke-20”. Ponencia presentada en el VIII Congreso Nacional de Historia, Yakarta.

Koentjaraningrat (1994). Kebudayaan Jawa. Yakarta: Balai Pustaka.

Magnis-Suseno, F. (2001). Etika Jawa. Yakarta: Gramedia.

Mulder, N. (1996). Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Yakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Narawati, T. (2009). “Peran Pendidikan Tari Klasik Putri Gaya Yogyakarta bagi Perempuan Jawa, Dulu dan Kini”. Humaniora, 21 (1), pp. 70-80.

Pamberton, J. (2003). Jawa. Yogyakarta: Matabangsa.

Poerbatjaraka (1954). Bahasa dan Budaya, 3 (2), pp. 3-40.

Pitoyo, Dj. (2003). “Reflesi Filosofis tentang “Pandangan Dunia” di Balik Pergelaran Tayub”. Jurnal Filsafat, 34 (2).

Ratna (2006). “Perubahan Kesenian di Kota Medan: Studi tentang Ronggeng dan Jaran Kepang”. Ponencia presentada en el VIII Congreso Nacional de Historia, Yakarta.

Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia Modern. Yakarta: Serambi.

Soedarsono (1985). “Peranan Seni Budaya dalam Sejarah Kehidupan Manusia: Kontinuitas dan Perubahannya”. Discurso en la toma de posición como Miembro Catedrático Indonesio en la Facultad de Letras de la Univesidad Gadjah Mada, 9 de octubre.

Soekmono (1973). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.• Sedyawati, E. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Yakarta: Sinar Harapan.

__________ (1989). “Candi Jago: Buddhist Architecture in Javanese Context”. International Seminar on Buddhist Architecture and National Culture in Asia.

Suhardjo, D. (2004). Mengaji Ilmu Lingkungan Kraton. Yogyakarta: Safina Insania Press.

Sumukti, T. (2005). Semar: Dunia Batin Orang Jawa. Yogyakarta: Galang Press.

Suparlan, P. (1995). The Javanese in Suriname: Ethnicity in An Rural Society. Arizona: Arizona State University.

Sutarto, A. (2005).” Mistisisme Seni dalam Masyarakat”. Seni Pertunjukan Indonesia: Menimbang Pendekatan Emik Nusantara. Surakarta: The Ford Foundation y Program Pendidikan Pasca Sajana STSI.

Van Peursen, C.A. (1976). Cultuur in stroomversnelling. Amsterdam: Elsevier.

Widyatutieningrum, S. R. (2005). “Peran Penari Perempuan dalam Tari Tayub di Blora, Jawa Tengah: Sebuah Pendekatan Etnokoreologi”. Seni Pertunjukan Indonesia: Menimbang Pendekatan Emik Nusantara. Surakarta: The Ford Foundation y Program Pendidikan Pasca Sajana STSI.

Winter, C.F. y R. Ranggawarsita (1987). Kamus Kawi-Jawa. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Zoetmulder, P.J. (2000). Manunggaling kawula Gusti:Panteisme dan Monisme dalam Sastra Suluk Jawa. Yakarta: Gramedia.